Tangerang – Suasana akrab terlihat di Rusunami City Park, Kelurahan Cengkareng Timur.
Warga RW 17 dan RW 19 duduk melingkar, menyeruput kopi sambil berdialog dengan petugas Imigrasi Soekarno-Hatta.
Inilah Ngopi Pimpasa (Ngopi Pintar Bersama Petugas Imigrasi Pembina Desa) yang digelar Senin dan Selasa, 22–23 September 2025.
Bukan sekadar bincang santai, pertemuan ini membawa pesan serius: mencegah Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Pekerja Imigran Non-Prosedural.

“Kami ingin warga lebih waspada, sekaligus berani melapor bila menemukan indikasi perdagangan orang,” ujar Eko Yudis Parlin Rajagukguk, Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Imigrasi Soetta.
Dalam forum itu, warga tak hanya mendengar, tetapi juga menyampaikan kegelisahan mereka.
Mulai dari ketidaksesuaian data WNA dengan dokumen izin tinggal, hingga perilaku orang asing yang dianggap mengganggu.
Petugas imigrasi menjawab satu per satu dengan penjelasan tata cara pelaporan.
Galih P. Kartika Perdana, Kepala Kantor Imigrasi Soetta, menegaskan bahwa Pimpasa adalah wujud nyata hadirnya Imigrasi di tengah masyarakat.
“Kami hadir untuk mendampingi warga, memberikan pemahaman tentang bahaya perdagangan orang dan pekerja migran non-prosedural, sekaligus memastikan pengawasan orang asing berjalan efektif melalui komunikasi dua arah,” katanya.
Ngopi Pimpasa membuktikan bahwa edukasi bisa dilakukan dengan cara sederhana namun bermakna.
Bagi warga, forum ini bukan hanya menambah pengetahuan, tapi juga menguatkan rasa aman karena ada negara yang hadir mendampingi mereka di ruang-ruang kehidupan sehari-hari. (Hans Montolalu)
Ngopi PIMPASA, Cara Imigrasi Soetta Rangkul Warga Cengkareng Timur Cegah TPPO dan Pekerja Imigran Gelap


