Manado — pelopormedia.com — Situasi internal Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) kembali memanas seiring dengan rencana pemilihan Dekan Fakultas Kedokteran yang menuai kontroversi.
Salah satu Dosen yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kekhawatirannya terhadap proses pemilihan Dekan mendatang, mempertanyakan apakah Rektor Prof. Berty Sompie akan kembali mengangkat panitia lama yang dinilai melanggar statuta pada pemilihan sebelumnya.
Dosen tersebut juga menduga bahwa pemilihan Dekan kerap dijadikan ajang konspirasi untuk mengamankan kepentingan pribadi Rektor dan lingkaran dekatnya.
“Apakah masih akan ada konspirasi untuk memilih dekan secara aklamasi dari kelompok yang loyal terhadap Rektor?
Jika ini terjadi, maka jelas konspirasi negatif akan terus berlanjut,” tegasnya.
Rektor Prof. Berty Sompie juga dikritik tajam atas rangkap jabatannya sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Dekan di dua fakultas, yakni Fakultas Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Kedokteran.
Dosen tersebut menyebut bahwa ada dugaan konflik kepentingan di balik keputusan ini.
“Kenapa Rektor tidak menyerahkan jabatan PLT kepada orang lain? Apakah karena ada kepentingan pribadi yang harus diamankan?” ujarnya.
Dugaan lain yang mencuat adalah terkait Fakultas Kedokteran yang diduga dijadikan sebagai ‘ATM’ kampus dalam penerimaan mahasiswa baru, khususnya jalur mandiri dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Lebih jauh, dosen tersebut juga menyoroti dampak pembatalan SK Dekan Nova Kapantouw oleh pengadilan.
Ia mempertanyakan keabsahan ijazah lulusan Fakultas Kedokteran, termasuk dokter gigi, Ners, dan PPDS, selama masa jabatan dekan yang dibatalkan tersebut.
“Ijazah para lulusan otomatis tidak sah dan cacat hukum, sehingga tidak bisa digunakan sebelum ada penggantian ijazah.
Kenapa hingga kini masih adem ayem tanpa ada solusi?” ujarnya
Kepemimpinan Prof. Berty Sompie secara umum dinilai gagal oleh sebagian besar kalangan akademisi dan masyarakat.
Dosen tersebut menilai Rektor tidak memiliki kemampuan manajerial yang mumpuni, sehingga berbagai permasalahan kampus terus bermunculan.
“Kesalahan manajerial ini menyebabkan Unsrat yang seharusnya menjadi barometer pendidikan di Sulut malah porak poranda dan kehilangan marwahnya di mata dunia pendidikan,” tambahnya.
Tak hanya dari kalangan akademisi, kritik terhadap Rektor juga datang dari sejumlah tokoh cendekiawan pentolan generasi muda Sulut dan masyarakat yang menilai Unsrat semakin jauh dari nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi.
Dalam forum peduli Unsrat, sejumlah akademisi dan pemerhati pendidikan mendesak agar dilakukan reformasi internal untuk mengembalikan marwah kampus.
Mereka meminta pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, segera turun tangan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang tengah dihadapi Unsrat.
“Rektor harus sadar bahwa jabatan ini adalah amanah untuk membangun generasi muda, bukan untuk memperkaya diri atau kelompoknya.
Jika terus dibiarkan, maka nama baik Unsrat akan semakin hancur,” tutup dosen tersebut.
Kritik tajam ini menjadi sinyal bahwa Unsrat tengah menghadapi krisis kepemimpinan serius yang harus segera ditangani.
Jika tidak ada tindakan konkret, kampus kebanggaan Sulawesi Utara ini dikhawatirkan akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan dunia pendidikan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Rektorat Unsrat belum memberikan tanggapan resmi terkait kritik dan dugaan yang disampaikan,konfirmasi yang dilakukan media ke pihak humas mengarahkan untuk konfirmasi ke wakil rektor tiga namun konfirmasi yang dilakukan melalui telpon dan pesan whats app tidak direspon.**(red)