Manado – pelopormedia.com ||Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Sulawesi Utara pada Rabu (1/5) diwarnai dengan aksi damai dan kegiatan sosial yang tetap sarat makna perjuangan. Berbeda dari anggapan umum bahwa May Day hanya menjadi ajang seremonial, para buruh menegaskan bahwa hari ini adalah momentum perlawanan untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang masih terabaikan.
Salah satu aktivis buruh, Sanni, menegaskan bahwa Hari Buruh bukanlah hari untuk berpesta, tetapi hari untuk terus menyuarakan tuntutan yang belum terpenuhi.
“May Day bukan untuk berpesta, tapi untuk memperjuangkan hak-hak kita yang masih dirampas. Kami tidak akan diam,” tegasnya.
Salah satu aksi simbolis yang dilakukan para buruh adalah membersihkan sampah plastik di kawasan Pantai Malalayang, Manado. Aksi ini berlangsung tertib dan menunjukkan bahwa peringatan Hari Buruh dapat diisi dengan kegiatan positif, tanpa kehilangan semangat perjuangan.
“Tuntutan kita tidak berhenti di bersih-bersih pantai. Setelah ini, saatnya kita bersih-bersih pengusaha nakal yang tidak taat aturan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara,” lanjut Sanni.
Adapun sejumlah tuntutan yang disuarakan dalam peringatan May Day tahun ini meliputi:
- Penghapusan sistem outsourcing
- Perlindungan buruh dalam revisi UU Ketenagakerjaan
- Pencegahan PHK massal dan pembentukan Satgas PHK
- Pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT)
- Penguatan peran Direktorat Ekonomi Sosial (DEKS) Ketenagakerjaan di POLDA Sulut
- Pengesahan UU Perampasan Aset untuk memberantas korupsi
- Realisasi upah layak bagi pekerja
- Penindakan tegas terhadap perusahaan yang melanggar hak normatif karyawan, khususnya di Sulawesi Utara
Peringatan May Day kali ini menjadi penegasan sikap bahwa perjuangan buruh masih jauh dari kata selesai. Solidaritas terus dibangun, dan perlawanan tetap menyala.**(red)