Petrus Hutagalung Dedikasi Tinggi Mengabdi Untuk Negara

oleh -1365 Dilihat

Tangerang,Pelopormedia.com ||
Menjalani tugas selama 13 tahun sebagai petugas lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang melayani dan mengawasi warga binaan, membuat Petrus Hutagalung mengerti arti dari sebuah pelayanan dan kebebasan.

Menjabat sebagai Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas (Ka.KPLP) Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang, Petrus Hutagalung meyakini falsafah dalam hidup, bahwa membuat orang lain bahagia memberikan dua kali lipat kebahagiaan untuk kita.

Falsafah itu mengakar dalam dirinya setelah menjalani tugas dan kedinasan di sejumlah Lapas, mulai dari Lapas , Pekanbaru, Medan, Cipinang dan Tangerang.

Baginya, menjalankan tugas melayani warga binaan di lapas adalah salah satu bentuk tanggung jawab abdi negara dalam membina dan mempersiapkan penghuni lapas menjadi pribadi yang positif dan lebih baik setelah keluar dari penjara.

Hal itu diungkapkan Petrus Hutagalung Pria kelahiran Palembang berdarah Batak saat ditemui di kantornya, Lapas Pemuda Klas 2A Tangerang, Jumat (2/2/2024).

Bertugas mengawasi dan menjaga keamanan warga binaan di dalam dan perimeter luar lembaga pemasyarakatan, Petrus menganggap warga binaan sudah seperti keluarga sendiri.

“Apalagi saat menemani mereka melewati momen-momen sakral bagi mereka. Karena kita tidak pernah libur (hari besar) melayani mereka,” ujarnya.

“Selain melayani warga binaan, kita juga kan melayani kunjungan dari keluarga warga binaan. Sedih sih karena kita tidak bisa kumpul keluarga, tetapi kesedihan itu terobati ketika melihat senyum, tawa, tangis haru saat mereka berjumpa dengan keluarga,” kisahnya.

Hal itu yang menjadi salah satu alasan dirinya menemukan arti dari ajaran agamanya tentang menebarkan kasih (Spread of Love).

Menjadi petugas di Lembaga Pemasyarakatan, dirinya mengaku bukanlah cita-citanya sejak masa sekolah dulu.

Baca juga  LSM RAKO Gelar Diskusi Publik Bertema "Teguhkan Komitmen Berantas Korupsi untuk Indonesia Maju"

Saat menimba ilmu di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota kelahirannya Kota Palembang, dirinya lebih tertarik untuk melanjutkan pendidikan di sekolah seni.

“Dulu inginnya kuliah di IKJ. Emang gak pernah kepikiran untuk kuliah ikatan dinas. Dulu pernah ditawarin juga untuk ke Akpol tapi saya gak mau, karena emang minatnya ke seni,” ungkapnya.

Masuk AKIP (Akademi Ilmu Pemerintahan), kata Petrus, dorongan dari Paman (Amang tua). Saat itu ia terpaksa mengikuti karena menyangka kuliah seperti kampus biasa dan tak menyangka bisa lolos seleksi masuk.

“Karena dari pendaftar seluruh Indonesia hanya dibutuhkan 65 orang. Eh, ternyata lolos tes sampai tahap terakhir,” ucapnya.

Ia pun kaget ternyata selama pendidikan di AKIP hampir sama dengan pendidikan di kedinasan. Disiplin ketat, aturan dan doktrin bela negara yang kuat serta mirip semi militer, ceritanya.

Awal menjalankan pendidikan, dirinya mengaku sempat ingin kabur dari pendidikan. Alasannya karena pada waktu itu masih remaja ingin hidup lebih bebas dalam artian tidak ingin terikat oleh aturan-aturan yang ketat.

Singkatnya, setelah menjalani dan membiasakan diri serta menerima doktrin tentang bela dan tugas abdi negara, ia mulai menikmati pembelajaran yang didapatkan selama kuliah.

Lulus menimba ilmu di AKIP tahun 2011, ia langsung ditempatkan di Ditjen Pas untuk pemantapan. Tahun 2012, mulai ditugaskan di Lapas Pekanbaru selama sekitar 3 tahun. Lalu pindah tugas ke Lapas Cipinang pada akhir tahun 2016.

Selama hampir empat tahun di Lapas Cipinang, pada tahun 2020 ia dipindahtugaskan ke lapas di Kota Medan. Setelah beberapa tahun bertugas di Medan ia akhirnya ditugaskan ke Lapas klas 2 Tangerang.

Baca juga  Perluas Kerja Sama, Kementerian ATR/BPN Gandeng Kementerian Pertahanan dan BIN dalam Upaya Pencegahan dan Penuntasan Tindak Pidana Pertanahan

Menurutnya, saat ini pelayanan Lapas terhadap warga binaan sudah jauh lebih baik. Tahun makin tahun pelayanan terhadap warga binaan mengalami peningkatan.

“Setiap warga binaan mendapatkan hak dan pelayanan yang sudah lebih baik. Tak hanya bagi warga binaan tapi juga layanan bagi keluarga warga binaan. Mulai dari perlakuan dan pelayanan,” jelasnya.

Salah satu tantangan saat ini bagi petugas di lapas, adalah penghuni yang terbilang melebihi kapasitas. Ketika terjadi kelebihan kapasitas, potensi ketidaknyamanan dan gesekan antar warga binaan lebih besar.

Tapi kami sebagai petugas tetap berupaya bekerja maksimal sesuai aturan hukum dan standar operasional yang berlaku.

Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang juga memiliki sejumlah program pembinaan dan keahlian. Mulai dari Peternakan, Menjahit hingga Barista. Selain itu ada pembinaan melalui pesantren bagi warga binaan muslim.

“Dengan adanya program pembinaan bisa meminimalisir hal-hal negatif. Serta menyiapkan keahlian warga binaan setelah kembali ke tengah-tengah masyarakat dengan hal-hal yang positif,” ungkapnya.

Lewat program pembinaan dan keahlian yang disediakan di Lapas, ia berharap para alumni lapas bisa menjalani hidup jauh lebih baik dari sebelumnya.

” Program pembinaan terhadap warga binaan tak akan berhasil tanpa dukungan dari keluarga terdekat. Untuk itu, kata Petrus, support orang-orang terdekat kepada alumni lapas memiliki peran yang sangat penting menjadikan pribadi yang jauh lebih baik dan positif di tengah masyarakat.” pungkasnya.

Editor Hans Montolalu

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Pelopor Media di saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.