Manado — Pelopormedia.com — Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) lagi-lagi menjadi sorotan publik setelah muncul dugaan kecurangan dalam proses penerimaan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Laporan yang diterima mengungkapkan adanya permainan kotor dan manipulasi yang dilakukan oleh oknum-oknum di dalam institusi tersebut, mencakup berbagai bagian di fakultas.
• Manipulasi di Bagian Neurologi:
Salah satu kejanggalan paling mencolok terjadi di bagian neurologi. Awalnya, enam peserta dinyatakan lulus tes kesehatan fisik dan mental. Namun, ketika hasil tes diumumkan, dekan mengurangi jumlah yang lulus menjadi lima orang dengan alasan ketidaklulusan tes kesehatan mental. Banyak pihak menduga perubahan ini disebabkan oleh adanya “guarantee fee” atau uang jaminan yang harus dibayarkan untuk mempertahankan status kelulusan.
• Perubahan Hasil di Bagian Mata:
Tidak kalah mengejutkan, dua kandidat yang awalnya dinyatakan lulus di bagian mata tiba-tiba digantikan oleh dua nama lain saat pertemuan di dekanat. Selain itu, kuota penerimaan yang awalnya delapan orang mendadak dikurangi menjadi enam dengan alasan yang tidak masuk akal, yaitu dialihkan ke bagian jantung. Keputusan ini menimbulkan kecurigaan bahwa ada pembayaran sejumlah uang untuk memanipulasi hasil penerimaan.
• Penambahan Kuota di Bagian Jantung:
Kasus serupa juga terjadi di bagian jantung, di mana kuota yang seharusnya hanya empat orang ditambah menjadi enam. Dugaan kuat menyebutkan bahwa penambahan ini terjadi karena calon peserta yang awalnya tidak lulus memberikan sejumlah uang agar dapat diterima. Uang tersebut diduga dibagi-bagi di antara pimpinan bagian, dekan, rektor, dan ketua senat Unsrat.
• Tekanan Terhadap Bagian Bedah:
Bagian bedah yang dikenal tegas dalam mempertahankan integritas mereka, kini menghadapi ancaman serius. Kepala bagian bedah dikabarkan akan digantikan oleh seseorang yang sudah pensiun karena keberaniannya dalam mengungkap kebenaran. Langkah ini diduga merupakan upaya untuk membungkam suara-suara yang berani melawan arus korupsi di fakultas.
• Penunjukan Panitia Penerimaan:
Dugaan kecurangan semakin kuat dengan penunjukan panitia penerimaan yang dilakukan langsung oleh rektor. Penunjukan ini dianggap sebagai upaya untuk mengontrol dan memanipulasi hasil seleksi, mengesampingkan aspirasi dan kebutuhan bagian-bagian terkait.
• Kepemimpinan Dekan Dipertanyakan:
Sikap dekan yang terlihat tidak memiliki rasa memiliki terhadap Fakultas Kedokteran semakin memperparah situasi. Dekan yang berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ini dituduh hanya mencari keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kualitas dan integritas pendidikan di fakultas kedokteran.
• Campur Tangan Ketua Senat:
Untuk pertama kalinya, ketua senat Unsrat terlibat langsung dalam proses seleksi PPDS. Campur tangan ini menimbulkan kecurigaan adanya konspirasi korupsi berjamaah di kalangan pimpinan universitas.
• Tuntutan Audit Independen:
Melihat berbagai kejanggalan ini, banyak pihak menuntut dilakukannya audit independen oleh SPI, Itjen, kepolisian, kejaksaan, atau bahkan KPK. Audit ini diharapkan dapat mengungkap kebenaran di balik dugaan suap dan manipulasi yang terjadi, serta memulihkan integritas Fakultas Kedokteran Unsrat.
• Kesimpulan:
Jika dugaan ini terbukti benar, maka reputasi Fakultas Kedokteran Unsrat bisa mengalami kerusakan yang parah. Perlu tindakan tegas dan transparan dari pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini dan memastikan bahwa proses penerimaan PPDS dilakukan secara adil dan bersih dari korupsi. Hanya dengan begitu, kepercayaan publik dan para alumni terhadap institusi ini dapat dipulihkan.**(tim)