MANADO — pelopormedia.com — Rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Prof. BERTY SOMPIE kembali menjadi sorotan setelah mengalami kekalahan telak dalam sengketa hukum terkait pemilihan Dekan Fakultas Kedokteran tahun 2023.
Meski sudah kalah di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Manado, PTUN Tinggi, hingga Mahkamah Agung (MA), Nova Kapantouw, yang terpilih secara aklamasi, masih dengan percaya diri mempertahankan posisinya sebagai Dekan, seolah-olah hukum tidak memiliki kekuatan di hadapannya.
Pemilihan Dekan Fakultas Kedokteran ini awalnya dipersoalkan karena jelas-jelas melanggar Statuta Unsrat.
Nova Kapantouw yang usianya sudah melewati batas yang ditentukan, terpilih secara aklamasi dalam pemilihan yang caranya sendiri dianggap tidak sah oleh banyak pihak.
Dr. Theresia Kaunang, SpKJ (K), yang mengajukan gugatan, memenangkan perkaranya di PTUN Negeri Manado, namun pihak Rektor memilih melawan dengan banding dan kasasi, hanya untuk kembali dipermalukan oleh kekalahan beruntun di PTUN Tinggi dan Mahkamah Agung.
Ironisnya, meskipun Mahkamah Agung sudah memutuskan pada 12 Agustus 2024 bahwa kasasi Rektor ditolak, Nova Kapantouw masih berani melanjutkan aktivitasnya sebagai Dekan.
Pada 20 Agustus 2024, delapan hari setelah keputusan MA, Kapantouw dengan santainya melantik dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, dan perawat, bahkan menandatangani ijazah para wisudawan Unsrat.
Tindakan ini memicu keprihatinan luas, dengan banyak pihak yang mempertanyakan keabsahan ijazah-ijazah tersebut yang bisa saja cacat hukum.
Sikap tak tahu malu Kapantouw ini menimbulkan kegeraman di kalangan dosen dan alumni Fakultas Kedokteran.
Banyak yang merasa malu dan kecewa melihat bagaimana Kapantouw, yang dianggap sebagai “kutu loncat,” berpindah-pindah fakultas hanya demi mengejar jabatan.
Dulu, ia meninggalkan Fakultas Kedokteran dan pindah ke Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) demi peluang menjadi Dekan di sana.
Sekarang, ia kembali ke Fakultas Kedokteran, kali ini dengan campur tangan dan dukungan nepotisme dari Rektor Unsrat.
Kritik semakin tajam dengan menyebut bahwa keberadaan Kapantouw sebagai Dekan hanya membawa kerusakan pada Fakultas Kedokteran.
Fakultas yang sebelumnya berjaya dengan status “akreditasi unggul” di bawah kepemimpinan Billy Kepel, kini justru mengalami kemerosotan.
Kebijakan-kebijakan kontroversial Kapantouw selama 1 tahun 4 bulan terakhir dinilai tidak etis, penuh pelanggaran, dan hanya mementingkan kepentingan pribadi serta kelompok tertentu.
Banyak pihak menyayangkan bahwa Fakultas Kedokteran, sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi paling bergengsi di Indonesia Timur, kini diporak-porandakan oleh individu yang tidak berintegritas.
Dosen-dosen muda dan mahasiswa semakin kehilangan kepercayaan, sementara para pensiunan dosen merasa bahwa apa yang terjadi adalah bentuk nyata dari kejahatan yang berkuasa karena kebenaran tidak bersuara.
Apakah Rektor Unsrat akan terus menutup mata terhadap kehancuran ini? Atau akankah ia mengambil langkah tegas untuk membersihkan Fakultas Kedokteran dari individu-individu yang merusak integritas akademik? Hingga saat ini, dunia pendidikan menanti dengan cemas, berharap keadilan akan ditegakkan dan bahwa nama baik Unsrat dapat dipulihkan.
Namun, jika tindakan tegas tidak segera diambil, jangan salahkan jika Fakultas Kedokteran Unsrat semakin terpuruk dan kepercayaan publik hilang tak tersisa.**(IC)