PLN Sulutenggo Dihujani Hujatan, Pemadaman 24 Jam Bukti Kinerja Bobrok dan Manajemen Gagal

oleh -127 Dilihat
oleh

Manado, pelopormedia.com – Kesabaran masyarakat Sulawesi Utara sudah habis.

Pemadaman listrik selama hampir 24 jam penuh membuat warga naik pitam. Tak hanya rugi materi, tapi juga rugi emosi.

Warganet, pengusaha kecil, hingga aktivis ramai-ramai menghujat kinerja PLN Sulutenggo yang dianggap hanya pandai jualan pencitraan di media, tapi nihil aksi nyata.

 

“Listrik mati hampir seharian, tapi pencitraan di media jalan terus!” sindir seorang warganet di media sosial.

Banyak warga menganggap, PLN lebih sibuk membangun citra diri ketimbang memperbaiki kualitas layanan yang semakin terpuruk.

 

Lebih parahnya lagi, PLN kembali memakai alasan “kerusakan transmisi” untuk menjelaskan pemadaman kali ini.

Alasan tersebut dinilai warga sebagai “lagu lama” yang terus diputar tiap tahun tanpa ada solusi berarti.

“Kerusakan transmisi, kerusakan transmisi, itu alasan dari dulu.

Kalau tahu itu lemah, kenapa nggak diperbaiki dari awal? Apa tugas manajemen PLN kalau bukan mengantisipasi ini?” ujar seorang aktivis dengan nada tajam.

 

Alasan Rusak Lagi, Manajemen PLN Dicap Gagal Total

Menurut warga, kerusakan transmisi bukanlah alasan logis. Cuaca di Sulawesi Utara saat ini tidak ekstrem. Tak ada badai, tak ada bencana alam. Jadi, kenapa bisa rusak?. Mestinya, kerusakan teknis sudah bisa diprediksi dan dicegah sebelumnya.

 

“Kerusakan transmisi ini murni kelalaian. Mereka nggak punya sistem perawatan atau apa? Kalau tahu ada potensi rusak, ya dari awal dicegah, bukan tunggu rusak baru kerja!” seru seorang warga yang kehilangan penghasilan karena usahanya mati total akibat listrik padam.

 

Tudingan ini membuat masyarakat meragukan kemampuan General Manager (GM) PLN Sulutenggo. Pasalnya, alasan yang sama terus dipakai dari tahun ke tahun.

“Kalau GM-nya cuma bisa kasih alasan yang sama tiap tahun, mending mundur saja. Cari orang yang lebih kompeten!” seru seorang warganet di kolom komentar media sosial.

 

Banyak pihak mendesak agar PLN mengganti seluruh manajemen yang ada saat ini. Sebab, kinerja manajemen dinilai sudah gagal total.

Jika alasan kerusakan transmisi terus terulang, maka manajemen dianggap tidak belajar dari pengalaman.

“Kalau terus-terusan begitu, artinya manajemen PLN gagal paham cara kerja kelistrikan. Kalau memang nggak sanggup, mundur saja!” ujar seorang aktivis di Manado.

 

Pencitraan Murahan di Media, Uang Rakyat Terbuang Percuma

Salah satu sorotan utama dari masyarakat adalah pencitraan PLN di media.

Masyarakat menilai PLN lebih sibuk membayar media untuk membangun citra positif ketimbang memperbaiki pelayanan. Hampir setiap hari, berita tentang “prestasi” PLN muncul di media. Tapi realitanya? Listrik mati total hampir 24 jam!

Baca juga  Calon Petahana Dipanggil Bawaslu Kota Manado, Diduga Terlibat Pelanggaran Pemilu

 

“Kalau soal pencitraan, PLN memang jago! Tapi yang dibutuhkan rakyat itu listrik nyala, bukan berita manis di media,” kata seorang warganet dengan nada sinis.

 

Tudingan ini semakin kencang setelah publik mencium aroma pengeluaran besar PLN untuk promosi dan pencitraan.

“Anggaran habis buat pencitraan, rakyat disuruh sabar kalau listrik mati!” ujar warga lainnya.

Banyak yang mempertanyakan untuk apa dana sebesar itu dipakai pencitraan, sementara masyarakat menderita tanpa listrik.

 

Beberapa warganet bahkan mengusulkan agar pemerintah pusat mengaudit pengelolaan keuangan PLN Sulutenggo.

“Ini ada indikasi pemborosan. Sudah listriknya jelek, pencitraannya mahal. Mending anggarannya dipakai buat ganti transmisi daripada buat pencitraan kosong,” tulis seorang pengguna media sosial.

 

Budaya Minta Maaf, Tapi Gagal Cari Solusi

PLN Sulutenggo disebut hanya pandai meminta maaf.

Permintaan maaf sudah berkali-kali diucapkan, tapi masalahnya tetap sama.

“Minta maaf terus, tapi nggak pernah belajar. Maaf doang nggak bikin listrik nyala!” sindir warga.

 

Hal ini juga disoroti oleh Jefrey Sorongan, seorang aktivis vokal di Sulawesi Utara. Menurutnya, budaya “minta maaf” sudah melekat di tubuh PLN.

Setiap kali ada masalah, solusi instannya adalah mengeluarkan pernyataan maaf ke publik. Tapi langkah konkret di lapangan? Nihil.

 

“Kalau cuma minta maaf, anak kecil juga bisa. Tapi kita butuh PLN yang kerja serius. Ini masalahnya sudah dari tahun ke tahun, tapi yang diperbaiki cuma kalimat permintaan maaf. Apa gunanya GM kalau solusinya cuma ‘maaf’?,” tegas Sorongan.

 

Sorongan juga mempertanyakan penggunaan anggaran besar yang dimiliki PLN. Pasalnya, PLN mendapat dana dari pemerintah hingga ratusan miliar.

Tapi, pelayanan yang diberikan justru semakin buruk. “Kalau anggarannya besar, tapi layanannya buruk, artinya ada yang nggak beres di pengelolaan uangnya. Ini perlu diaudit! Jangan-jangan uangnya lari ke pencitraan,” ungkap Sorongan.

 

Desakan Mundur GM PLN Sulutenggo Menguat

Karena merasa kesabaran publik sudah habis, desakan agar General Manager (GM) PLN Sulutenggo segera mundur mulai muncul di media sosial.

Banyak warga yang merasa, selama GM saat ini memimpin, tak ada perbaikan yang signifikan.

 

“Kalau nggak sanggup, turun saja!” tegas seorang warga yang kehilangan penghasilan akibat pemadaman listrik.

Baca juga  Partai Gerindra Rekomendasikan YSK-VICTORY untuk Sulut dan SUPER untuk Minahasa, Tekankan Pesan Prabowo untuk Kesatuan Partai

“Kalau pemimpin cuma bisa kasih alasan rusak, mending nggak usah jadi pemimpin. Yang kita butuh itu pemimpin yang kasih solusi!”.

 

Desakan ini bukan tanpa alasan. GM dianggap sudah gagal menjaga kestabilan distribusi listrik di wilayah Sulutenggo. Pemadaman hampir 24 jam dianggap sebagai bukti nyata dari buruknya manajemen dan ketidakmampuan GM dalam mengantisipasi masalah teknis.

 

Beberapa warga bahkan mulai menyerukan aksi protes dan penggalangan petisi untuk meminta GM PLN Sulutenggo mundur. Jika petisi ini berkembang, bukan tidak mungkin PLN pusat dan pemerintah pusat akan turut turun tangan.

 

Rakyat Menderita, Bisnis Rugi Besar

Kerugian akibat pemadaman listrik hampir 24 jam ini tak main-main. Usaha kecil, pedagang es, warung makan, hingga toko yang bergantung pada freezer mengalami kerugian besar. Es mencair, makanan basi, mesin produksi mati total.

 

“Es di freezer saya semua meleleh. Saya rugi jutaan rupiah. Apa PLN mau ganti rugi? Enggak mungkin! Kita yang disuruh sabar, mereka santai-santai saja,” keluh seorang pedagang es krim.

 

Selain pedagang kecil, pekerja kantoran dan karyawan yang bekerja dari rumah juga ikut terdampak.

Tanpa listrik, pekerjaan mereka terhambat. “Ada deadline kantor, tapi listrik mati. Gimana caranya kerja? Kalau kayak gini, siapa yang ganti kerugian gaji kami?” tanya seorang karyawan yang harus bekerja dari rumah.

 

Masyarakat sudah lelah dengan permintaan maaf tanpa aksi. Harapan mereka kini sederhana: listrik stabil, tak ada lagi pemadaman, dan GM PLN Sulutenggo mundur.

 

PLN Sulutenggo resmi kehilangan kepercayaan publik. Pemadaman 24 jam tanpa solusi konkret membuat kemarahan masyarakat tak terbendung. Mulai dari desakan pengunduran GM hingga kritik soal pencitraan murahan di media, PLN kini berada di bawah tekanan besar.

 

Warga tak mau lagi dibodohi dengan alasan “kerusakan transmisi” yang terus berulang.

Uang rakyat yang dihabiskan untuk pencitraan juga semakin dipertanyakan. Jika PLN tidak segera berbenah, desakan pengunduran GM bisa membesar menjadi aksi protes massal.

 

Rakyat sudah muak dengan pemadaman listrik, pencitraan kosong, dan janji-janji tanpa realisasi. PLN Sulutenggo tak punya banyak waktu.

Jika mereka tak segera memperbaiki layanan, maka nasib GM-nya sudah jelas: dicopot atau dipaksa mundur.(tim)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Pelopor Media di saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.