Oleh:
Jerry F. G. Bambuta
FORUM LITERASI MASYARAKAT
Manado,Pelopormedia.com ||Sangat menarik menyimak debat kedua tokoh ini dalam dokumentasi terlampir. Budiman Sudjatmiko mewakili kelompok aktivis 1998 yang berperan menggulingkan rezim orde baru, dan Dandhy Laksono sebagai jurnalis investigasi kasus HAM di Papua. Debat ini di lakukan 3 tahun lalu, dan fokus pada diskursus kritis terkait kasus HAM dan status Papua dalam integrasi NKRI.
Alur debat panas ini bisa menjadi model tentang diskursus intelektual dgn nalar yang merdeka. Benturan-benturan ide yang tajam tanpa harus di racuni oleh sentimen identitas yang irasional. Narasi-narasi dari sesat pikir di purifikasi melalui proses debat yang kritis, tajam dan obyektif.
Ruang diskursus yang “telanjang” tanpa harus di balut oleh hoax penuh demagogis. Sekalipun benturan ide dan opini cukup tajam tapi suasana tetap sejuk di bumbui cuitan jenaka. Benturan ide dan gagasan yang melucuti kabut konspirasi, dan menarik logika pada interpretasi berbasis data dan fakta.
Pola diskursus seperti ini harusnya menjadi “tradisi” sekaligus “pondasi” yang mendahului konsolidasi intelektual progresif dalam ruang publik. Saya menyebut progresif karena memiliki ketajaman bukan hanya secara teoritis-kritis tapi juga secara empiris-strategis. Dan pada akhirnya menuntun opini paradoksal pada pertemuan “titik komplementer” dari kesimpulan akhir yang sifatnya prinsip dan obyektif.