Minahasa – Pelopormedia.com ||Program Bimbingan Teknis (Bimtek) dan Studi Tiru bagi Hukum Tua se-Kabupaten Minahasa yang dijadwalkan berlangsung di Bandung pada 8-11 Juli 2024, kini menuai kontroversi. Rolex Tatunoh, Wakil Sekretaris DPD Apdesi Sulut, menyampaikan kritik keras terhadap pelaksanaan program ini yang dinilai sarat masalah dan ketidakjelasan.
Sorongan mengungkapkan bahwa banyak peserta mengeluhkan pengaturan program yang dilakukan oleh Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi).
Menurutnya, Apdesi yang mengatur program ini tidak memiliki kepengurusan resmi di Minahasa dan pusat, sehingga dinilai ilegal. “Ada semacam permainan oleh pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) untuk memanfaatkan Apdesi sebagai bemper, meskipun Apdesi tersebut tidak sah,” ujarnya.
Sorongan juga mempertanyakan kapasitas Apdesi versi pleno yang tidak memiliki kepengurusan di pusat dan Minahasa. “Mengapa pengaturan dilakukan oleh DPD Apdesi Sulawesi Utara yang tidak punya kepengurusan di pusat dan Minahasa? Padahal ada kepengurusan DPC resmi di Minahasa meskipun caretaker,” kata Rolex.
Selain masalah legalitas, Rolex Tatunoh menyoroti masalah biaya dan akomodasi yang dinilai tidak wajar. Ia mengungkapkan bahwa biaya untuk program ini dihitung per orang meskipun satu kamar diisi dua orang. “Dana dari APBDes dialokasikan untuk program ini, namun biaya yang dibebankan tidak transparan. Biasa studi tiru 3 hari memakan biaya 10 juta rupiah, sedangkan program ini hanya 2 hari,” tambahnya.
Program ini mencakup berbagai kegiatan mulai dari perjalanan dari Manado ke Jakarta, kemudian ke Bandung, kunjungan studi tiru, bimbingan teknis, hingga wisata di Bandung sebelum kembali ke Manado. Namun, dengan jadwal yang padat, efektivitas dari kegiatan ini pun diragukan.
Program Bimtek dan Studi Tiru yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan para Hukum Tua di Kabupaten Minahasa kini malah menjadi sorotan negatif. Apakah program ini akan tetap berjalan sesuai rencana atau akan ada perubahan setelah kritik ini mencuat, masih menjadi tanda tanya besar.**(red)