Manado — pelopormedia.com — Kisruh penerimaan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Kardiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) semakin memanas. Gelombang protes dari para dosen semakin keras setelah adanya dugaan kecurangan dalam penerimaan peserta PPDS Jantung dan Pembuluh Darah untuk periode pendidikan Agustus 2024.
Beberapa sumber mengatakan Protes pertama kali datang dari bagian Bedah yang menolak hasil penerimaan untuk menjaga integritas proses penerimaan calon PPDS. Tak lama kemudian, bagian Kardiologi juga mulai bersuara lantang.
Sepuluh dokter dan dosen Kardiologi sepakat menolak hasil penerimaan peserta PPDS dengan menandatangani petisi yang menuduh adanya kecurangan dalam tes yang diumumkan pada Juli 2024.
Para dosen tersebut mengungkapkan bahwa jumlah peserta PPDS yang diterima tidak sesuai dengan kuota yang diumumkan universitas pada 5 Mei 2024, yang seharusnya hanya 4 peserta, namun bertambah menjadi 6 saat pengumuman penerimaan.
Mereka menuntut adanya penjelasan resmi terkait perubahan kuota ini dan mempertanyakan apakah ada surat resmi yang mengesahkan perubahan tersebut.
Berdasarkan info ‘Petisi’ penolakan telah dikirimkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran Unsrat dan Rektor Unsrat.
Dugaan kecurangan ini diduga melibatkan Ketua Bagian Kardiologi, Sekretaris Bagian, dan KPS. Ketiganya diduga bermain-main dengan hasil tes bersama “sahabat” mereka yaitu Dekan, Rektor, dan Ketua Senat Unsrat.
Para dokter mendesak dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut dan audit oleh pihak berwenang seperti Itjen, kejaksaan, kepolisian, dan KPK.
Para dosen senior dan pendiri bagian Kardiologi menyayangkan terjadinya kekisruhan ini. Mereka merasa jasa-jasa para pendiri tidak dihargai dan integritas bagian telah dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Rektor dinilai kurang jeli dalam memilih pemimpin bagian Kardiologi, hanya berdasarkan subjektivitas dan kepentingan pribadi, bukan pada kapabilitas yang dapat membawa bagian Kardiologi FK Unsrat lebih berkembang di mata masyarakat
Kesenjangan sosial pun terlihat dalam perekrutan tersebut, keahlian dan kepintaran di nomor duakan sementara finansial, latarbelakang dan status sosial menjadi utama
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi baik lisan maupun tertulis dari pihak Rektorat dan Fakultas Kedokteran Unsrat.**(tim)