Manado — pelopormedia.com — Kondisi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. R. D. Kandou Manado disebut semakin memburuk.
Berdasarkan informasi dari sumber terpercaya yang enggan disebutkan namanya, berbagai permasalahan serius melanda rumah sakit rujukan utama di Sulawesi Utara ini, mulai dari pelayanan pasien, fasilitas kesehatan, hingga kesejahteraan pegawai.
Salah satu keluhan terbesar yang mencuat adalah soal remunerasi pegawai yang disebut mengalami penurunan drastis.
Bahkan, para pegawai bercanda menyebutnya sebagai “remunerasi terjun bebas tanpa parasut.”
Sistem pembagian remunerasi yang tidak transparan dan terkesan pilih kasih semakin memperburuk kondisi moral tenaga kesehatan di rumah sakit ini.
“Sistem perhitungan remunerasi sangat tidak jelas.
Ada indikasi bahwa hanya pegawai yang dekat dengan pihak tertentu yang mendapatkan haknya secara maksimal, sementara yang lain diabaikan,” ungkap sumber tersebut.
Bahkan ada yang memposting di group Facebook ‘Sulut Viral’ yang memosting “Pengurus PPNI Kandou. Tolong lia akang tu perawat-perawat di Kandou. So siksa karena kesejahteraan dikebiri. Ngoni jang cuma tau kumpul iuran ke perawat-perawat,” posting akun yang bernama Van Nistelrooy di group tersebut.
Selain itu, dokter yang bertugas di bagian layanan swasta RS Kandou juga dikabarkan tidak mendapatkan hak presentasi dari kinerja mereka, padahal dalam sistem layanan swasta, seharusnya ada pembagian keuntungan bagi tenaga medis yang bekerja di dalamnya.
Bukan hanya persoalan kesejahteraan pegawai, kondisi fasilitas dan peralatan medis di RS Kandou pun menjadi sorotan.
Banyak alat kesehatan yang mengalami kerusakan dan kurang terpelihara, menyebabkan antrean panjang bagi pasien yang membutuhkan pemeriksaan penunjang.
Lebih parahnya lagi, ruang rawat inap sering kali dikatakan penuh, membuat pasien harus menunggu berjam-jam di ruang triase sebelum bisa dipindahkan.
Menurut sumber dalam beberapa kasus, pasien bahkan harus menunggu lebih dari 12 jam untuk mendapatkan kamar rawat inap, termasuk mantan petinggi kesehatan Sulawesi Utara yang dikabarkan menjadi korban dari buruknya sistem ini.
“Bagaimana jika ada tamu penting yang membutuhkan penanganan medis darurat?
Apakah kita siap?
Dengan kondisi seperti ini, tampaknya sulit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal,” ujar sumber yang sama.
Masalah kebersihan juga menjadi isu serius di RS Kandou.
Toilet yang seharusnya menjadi cerminan kebersihan sebuah rumah sakit justru disebut sebagai salah satu titik terburuk di fasilitas kesehatan ini.
Pasien dan pengunjung kesulitan menemukan toilet yang bersih dan layak digunakan.
“Kursi di ruang tunggu pasien sudah sobek, toilet kotor, tapi manajemen seakan hanya fokus pada proyek-proyek besar,” kritik sumber tersebut.
Kritik terhadap manajemen rumah sakit semakin menguat seiring dengan pergantian Direktur Utama RS Kandou.
Plt Direktur Utama yang ditunjuk Kementerian Kesehatan kini telah menjabat lebih dari tiga bulan, namun dinilai belum memberikan perubahan berarti.
Bahkan, ia dikabarkan merangkap jabatan di Kemenkes dan jarang berada di tempat.
Sementara itu, manajemen lama, termasuk direktur pelayanan dan direktur operasional, disebut-sebut tidak mengambil langkah konkret dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
“Para pemimpin rumah sakit ini tampaknya lebih sibuk mengurus proyek-proyek baru ketimbang menyelesaikan masalah fundamental yang sudah lama ada.
Ini seperti buah yang mulai membusuk dari dalam,” tambah sumber tersebut.
Kondisi tenaga medis di RS Kandou pun semakin tertekan.
Migrasi residen penyakit dalam ke RS ODSK tidak diberi izin praktik di sana.
Akibat perpindahan ini menyebabkan kekurangan tenaga di RS Kandou.
Akibatnya, dokter umum yang sebelumnya bekerja di manajemen terpaksa ditugaskan kembali untuk jaga malam, meskipun mereka sudah lama tidak menangani kasus rawat inap.
“Dampaknya, dokter spesialis menjadi kewalahan dan banyak yang jatuh sakit karena kelelahan.
Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin jumlah tenaga medis yang tumbang akan semakin banyak,” ujar sumber yang sama.
Dengan berbagai permasalahan yang mencuat, semakin banyak pihak yang menuntut adanya perombakan total dalam manajemen RS Kandou.
Pergantian jajaran direktur dan pembenahan sistem diharapkan dapat membawa perubahan nyata dalam pelayanan dan kesejahteraan tenaga medis di rumah sakit ini.
“Banyak hal yang sudah dibiarkan terlalu lama.
Jika manajemen tidak segera berbenah, maka rumah sakit ini akan semakin tenggelam dalam ketidakmampuan dan citranya sebagai rumah sakit rujukan utama bisa hancur,” ucap sumber tersebut.
“Hospitality RS Kandou buruk. Harusnya pegawai front office yang duduk didepan pemberhentian mobil untuk pasien turun.
Harusnya menjemput pasien dan menerima dengan ramah, bukan duduk-duduk manja sambil main HP melulu.
Security juga harus proaktif mengatur lancarnya lalulintas untuk memberi petunjuk kepada sopir, supaya tidak memacetkan alur mobil, jika ada mobil yang menurunkan pasien di depan rawat jalan,” tambah sumber terpercaya tersebut.
Saat dikonfirmasi terkait permasalahan tersebut Direktur SDM RSUP Kandou Suwandi Luneto menyampaikan “Untuk penerapan remunerasi RS Kandou saat ini sudah berdasarkan Kepdirjen HK.02.02/D/45262/2024 kalau ada keluhan dari staf kami jelaskan sesuai regulasi diatas dan kita buka sistem bersama untuk melihatnya, bersama-sama, terimakasih,” ucap Dir SDM Kandou.
Adapun saat dikonfirmasi kepada Plh Dr. Wega sejauh ini belum memberikan tanggapannya terkait permasalahan yang dialami RS Kandou kepada awak media.**(IC)