Manado — pelopormedia.com — Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) tengah diguncang permasalahan besar yang mencoreng reputasi institusi pendidikan bergengsi ini. Konflik dalam penerimaan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di fakultas ini diduga melibatkan manipulasi hasil seleksi dan intimidasi terhadap staf akademik oleh petinggi universitas, termasuk Rektor, Dekan, dan Ketua Senat.
Berdasarkan laporan dari sumber terpercaya yang enggan disebutkan namanya, konflik ini bermula dari pertemuan Dekan FK menghubungi Kepala Bagian, karena tidak berhasil Wakil Dekan 1 diminta untuk hubungi Kepala Bagian, sehingga berlanjut pertemuan yang diadakan Rektorat untuk membahas seleksi PPDS. Semua bagian yang terlibat dalam proses penerimaan membawa surat hasil seleksi yang telah ditandatangani oleh Ketua Program Studi (KPS) dan disimpan dalam USB. Namun, sebelum surat-surat ini diserahkan kepada Rektor untuk ditandatangani, Dekan diduga melakukan perubahan pada isi USB tersebut. Upaya protes dari pihak-pihak yang tidak “bersahabat” dengan Dekan dan Rektor terbukti sia-sia.
Dekan menghubungi Kepala Bagian agar mau nego untuk ganti daftar nama, tapi Kepala Bagian tidak mau, sehingga Dekan meminta bantuan Wadek 1 hubungi Kepala Bagian.
Rektor berupaya menghubungi KPS Bedah untuk pendekatan merubah daftar nama akan tetapi Kepala Bagian dan KPS tetap tidak bergeming karena menurut Kepala Bagian Bedah dan KPS Bedah hasil murni tidak bisa diubah dengan alasan apapun.jelas sumber
Ada apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan FK Unsrat melihat kegencaran pendekatan yang dilakukan oleh Rektor, Dekan dan Ketua Senat Unsrat ?
Sumber menambahkan Bagian Bedah secara tegas menolak untuk mengubah hasil tes yang telah diseleksi secara murni. Penolakan ini memicu serangkaian tekanan dan intimidasi dari pihak Dekan dan Ketua Senat. Ketua Senat Unsrat, yang juga adalah suami dari Dekan Fakultas Kedokteran, menghubungi Sekretaris Bagian Bedah dan memintanya untuk membujuk Kepala Bagian dan KPS Bedah agar mau merubah daftar nama hasil tes. Ketua Senat bahkan menghubungi seorang dokter di RS Kandou untuk meminta salah satu kandidat yang lulus agar mundur.
Keanehan mencuat ketika diketahui bahwa Ketua Senat sudah mengetahui isi daftar kelulusan sebelum pengumuman resmi dari Bagian Bedah. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa Dekanlah yang membocorkan informasi tersebut. Tuduhan kebocoran data yang diarahkan kepada KPS dan Kepala Bagian Bedah justru menjadi bumerang, mengingat data tersebut juga ada di tangan Dekan dan Rektor.
Rektorat kemudian memanggil Bagian Bedah untuk diinterogasi oleh Warek 1, Warek 2, Warek 3, dan Warek 4. Mereka menuduh Bagian Bedah membocorkan hasil tes dan menuntut perubahan pada hasil tes dengan mengeluarkan salah satu kandidat yang lulus murni dengan peringkat keempat. Bagian Bedah tetap teguh pada pendiriannya dan menolak untuk mengubah hasil tes, meskipun terus menghadapi tekanan dan intimidasi dari Rektorat.
Permasalahan ini menimbulkan dugaan adanya konspirasi besar antara Dekan, Rektor, dan Ketua Senat dalam penerimaan PPDS. Kecurigaan semakin menguat dengan adanya indikasi suap yang mungkin digunakan untuk menyelesaikan masalah hukum yang sedang dihadapi Rektor dan Dekan di PTUN, di mana mereka telah kalah dua kali dan sedang mengajukan kasasi di Mahkamah Agung.
Alumni dan pensiunan dosen Fakultas Kedokteran Unsrat merasa sangat kecewa dan prihatin dengan kondisi ini. Mereka menekankan pentingnya menjaga integritas dan nama baik fakultas, serta mengingatkan para dosen yang masih aktif untuk menjaga kredibilitas institusi dan menghormati perjuangan para pendiri dan senior yang telah membangun fakultas ini dengan susah payah.
“Fakultas yang telah kami bangun dengan perjuangan panjang kini tercoreng oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab,” ujar seorang profesor yang sudah alumni dengan nada sedih.
Kontroversi ini menyerukan perlunya transparansi dan integritas dalam proses penerimaan PPDS untuk memastikan bahwa Fakultas Kedokteran Unsrat tetap menjadi lembaga pendidikan yang kredibel dan terhormat. Para akademisi dan pemimpin universitas diharapkan dapat kembali menegakkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam setiap aspek operasional fakultas.agar tidak terjadi kesenjangan sosial
Pihak kehumasan Universitas Samratulangi Manado Max Rembang saat dihubungi via telepon mengatakan dengan singkat ” Saya belum bisa memberikan informasi, saya mau hubungi dulu pihak pihak yang tersebut diatas ” balasnya singkat.**(tim)